Ahlu Hadits berkeyakinan dan bersaksi bahwa Allah
subhanahu wa ta'ala berada di atas tujuh lapis langit, di
atas 'Arsy-Nya, sebagaimana dalam surat Yunus:
"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk mengatur
segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi
syafa'at kecuali sesudah ada keizinan-Nya" (Yunus:3)
"Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam
di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan
bulan.Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan.Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu".(Ar-Ra'd:2)
.. kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang
Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada
yang Maha Mengetahui" (Al-Furqan:59)
"kemudian Dia-pun bersamayam di atas 'Arsy".(As-Sajdah:4)
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepada-Nya..". (As-Sajadah:5)
"Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa
Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga
tiba-tiba bumi itu bergoncang". (Al-Mulk:16)
Allah subhanahu wa ta'ala memberitakan tentang Fir'aun
yang terlaknat, bahwasanya ia pernah berkata kepada
Haman (pembantunya):
"Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku
sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintupintu,
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat
Ilah Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang
pendusta..." (Al-Mu'min:36-37)
Fir'aun berkata demikian karena ia mendengar Musa
mengabarkan bahwa Rabbnya berada di atas langit.
Para ulama dan tokoh imam-imam dari kalangan salaf tidak
pernah berbeda pendapat, bahwa Allah 'azza wa jalla'
berada diatas 'arsy-Nya. Dan 'arsy-Nya berada di atas tujuh
lapis langit. Mereka menetapkan segala yang ditetapkan
Allah, mengimaninya serta membenarkannya.
Mereka menyatakan seperti yang Allah katakan bahwa Allah
bersamayam di atas 'Arsy-Nya. Mereka membiarkan makna
ayat itu berdasarkan dzhahirnya, dan menyerahkan
hakikatnya sesungguhnya kepada Allah subhanahu wa
ta'ala. Mereka mengatakan:
"Kami mengimani, semuanya itu dari sisi Rabb kami. Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal"(Ali-'Imran:7).
Sebagaimana Allah terangkan tentang orang-orang yang
dalam ilmunya mengatakan demikian, dan Allah ridha serta
memujinya.
Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang ayat
Allah:
"Ar-Rahman bersemayam di atas 'Arsynya".(Thaha:5),
Bagaimana caranya Allah bersemayam?. Maka Imam Malik
menjawab:" Bersemayam itu maklum (diketahui maknanya),
bagaimananya (caranya) tidak diketahui, menanyakan
bagaimananya adalah bid'ah, dan saya memandang kamu
(penanya) sebagai orang yang sesat, kemudian
memerintahkan untuk mengeluarkan penanya tersebut dari
majelis.
Abdullah bin Al-Mubarak berkata:"Kami mengetahui Rabb
kami berada di atas 7 lapis langit, bersemayam di atas
'Arsy-Nya, terpisah dengan makhluk-Nya. Dan kami tidak
menyatakan seperti ucapan Jahmiyyah bahwa Allah ada di
sini, beliau menunjuk ke tanah (bumi)".27
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah
berkata:"Barangsiapa yang tidak menetapkan bahwa Allah
subhanahu wa ta'ala berada di atas 'Arsy-Nya maka dia
kufur kepada Rabbnya, halal darahnya, diminta taubat,
kalau menolak maka dipenggal lehernya, lalu bangkainya
dicampakkan ke pembuangan sampah agar kaum muslimin
dan orang-orang mu'ahad tidak terganggu oleh bau busuk
bangkainya, hartanya dianggap sebagai fa'i (rampasan
perang)-tidak halal diwarisi oleh seorang pun muslimin,
karena seorang muslim tidak mewarisi harta orang kafir,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:"
27 Sanadnya Hasan
Seorang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir
tidak mewarisi orang muslim"(HR. Bukhari)
Dalam hadits Mu'awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat
membebaskan budak sebagai kifarat. Lalu ia bertanya
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguji budak
wanita. Beliau bertanya:"dimanakah Allah?", maka ia
menjawab di atas langit, beliau bertanya lagi:"Siapa aku?",
maka ia menjawab:"Anda utusan Allah".28
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghukumi
sebagai muslimah karena ia menyatakan bahwa Allah di
atas langit.
Imam Az-Zuhri-imamnya para imam berkata:"Allahlah yang
berhak memberi keterangan, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam yang berhak menyampaikan dan kita wajib
pasrah menerimanya"
Wahhab bin Munabbih berkata kepada Ja'ad bin
Dirham:"Sungguh celaka engkai wahai Ja'ad karena
masalah itu (karena Ja'ad mengingkari sifat-sifat Allah)!,
seandainya Allah tidak mengkhabarkan dalam Kitab-Nya
bahwa Ia memiliki tangan, mata dan wajah, niscaya aku
tidak berani mengatakannya, takutlah kepada Allah!"
Khalid bin Abdillah Al-Qisri suatu ketika berkhutbah pada
hari raya I'edul Adha di Basrah, pada akhir khutbahnya ia
berkata:"Pulanglah kalian kerumah masing-masing dan
sembelihlah kurban-kurban kalian-semoga Allah
memberikahi kurban kalian.
Sesungguhnya pada hari ini aku akan meyembelih Ja'ad bin
Dirham, karena ia berkata: Allah tidak pernah mengangkat
Ibrahim 'alaihissalam sebagai kekasih-Nya, dan tidak
pernah mengajak Musa berbicara. Sungguh Maha Suci
Allah dari apa yang dikatakan Ja'ad karena kesombongan,
maka Khalid turun dari mimbar dan menyembelih Ja'ad
dengan tangannya sendiri, kemudian memerintahkan untuk
disalib.
28 HR.Muslim dan lainnya
No comments:
Post a Comment