Saturday, June 21, 2008

BERSEMAYAMNYA ALLAH DI ATAS 'ARSY

Ahlu Hadits berkeyakinan dan bersaksi bahwa Allah

subhanahu wa ta'ala berada di atas tujuh lapis langit, di

atas 'Arsy-Nya, sebagaimana dalam surat Yunus:

"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah Yang menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia

bersemayam di atas 'Arsy (singgasana) untuk mengatur

segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi

syafa'at kecuali sesudah ada keizinan-Nya" (Yunus:3)

"Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang

(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam

di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan

bulan.Masing-masing beredar hingga waktu yang

ditentukan.Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),

menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu

meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu".(Ar-Ra'd:2)

.. kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang

Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada

yang Maha Mengetahui" (Al-Furqan:59)

"kemudian Dia-pun bersamayam di atas 'Arsy".(As-Sajdah:4)

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian

(urusan) itu naik kepada-Nya..". (As-Sajadah:5)

"Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa

Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga

tiba-tiba bumi itu bergoncang". (Al-Mulk:16)

Allah subhanahu wa ta'ala memberitakan tentang Fir'aun

yang terlaknat, bahwasanya ia pernah berkata kepada

Haman (pembantunya):

"Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku

sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintupintu,

(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat

Ilah Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang

pendusta..." (Al-Mu'min:36-37)

Fir'aun berkata demikian karena ia mendengar Musa

mengabarkan bahwa Rabbnya berada di atas langit.

Para ulama dan tokoh imam-imam dari kalangan salaf tidak

pernah berbeda pendapat, bahwa Allah 'azza wa jalla'

berada diatas 'arsy-Nya. Dan 'arsy-Nya berada di atas tujuh

lapis langit. Mereka menetapkan segala yang ditetapkan

Allah, mengimaninya serta membenarkannya.

Mereka menyatakan seperti yang Allah katakan bahwa Allah

bersamayam di atas 'Arsy-Nya. Mereka membiarkan makna

ayat itu berdasarkan dzhahirnya, dan menyerahkan

hakikatnya sesungguhnya kepada Allah subhanahu wa

ta'ala. Mereka mengatakan:

"Kami mengimani, semuanya itu dari sisi Rabb kami. Dan

tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan

orang-orang yang berakal"(Ali-'Imran:7).

Sebagaimana Allah terangkan tentang orang-orang yang

dalam ilmunya mengatakan demikian, dan Allah ridha serta

memujinya.

Imam Malik pernah ditanya dalam majelisnya tentang ayat

Allah:

"Ar-Rahman bersemayam di atas 'Arsynya".(Thaha:5),

Bagaimana caranya Allah bersemayam?. Maka Imam Malik

menjawab:" Bersemayam itu maklum (diketahui maknanya),

bagaimananya (caranya) tidak diketahui, menanyakan

bagaimananya adalah bid'ah, dan saya memandang kamu

(penanya) sebagai orang yang sesat, kemudian

memerintahkan untuk mengeluarkan penanya tersebut dari

majelis.

Abdullah bin Al-Mubarak berkata:"Kami mengetahui Rabb

kami berada di atas 7 lapis langit, bersemayam di atas

'Arsy-Nya, terpisah dengan makhluk-Nya. Dan kami tidak

menyatakan seperti ucapan Jahmiyyah bahwa Allah ada di

sini, beliau menunjuk ke tanah (bumi)".27

Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah

berkata:"Barangsiapa yang tidak menetapkan bahwa Allah

subhanahu wa ta'ala berada di atas 'Arsy-Nya maka dia

kufur kepada Rabbnya, halal darahnya, diminta taubat,

kalau menolak maka dipenggal lehernya, lalu bangkainya

dicampakkan ke pembuangan sampah agar kaum muslimin

dan orang-orang mu'ahad tidak terganggu oleh bau busuk

bangkainya, hartanya dianggap sebagai fa'i (rampasan

perang)-tidak halal diwarisi oleh seorang pun muslimin,

karena seorang muslim tidak mewarisi harta orang kafir,

sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:"

27 Sanadnya Hasan

Seorang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir

tidak mewarisi orang muslim"(HR. Bukhari)

Dalam hadits Mu'awiyah bin Hakam, bahwa ia berniat

membebaskan budak sebagai kifarat. Lalu ia bertanya

kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguji budak

wanita. Beliau bertanya:"dimanakah Allah?", maka ia

menjawab di atas langit, beliau bertanya lagi:"Siapa aku?",

maka ia menjawab:"Anda utusan Allah".28

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghukumi

sebagai muslimah karena ia menyatakan bahwa Allah di

atas langit.

Imam Az-Zuhri-imamnya para imam berkata:"Allahlah yang

berhak memberi keterangan, Rasulullah shallallahu 'alaihi

wa sallam yang berhak menyampaikan dan kita wajib

pasrah menerimanya"

Wahhab bin Munabbih berkata kepada Ja'ad bin

Dirham:"Sungguh celaka engkai wahai Ja'ad karena

masalah itu (karena Ja'ad mengingkari sifat-sifat Allah)!,

seandainya Allah tidak mengkhabarkan dalam Kitab-Nya

bahwa Ia memiliki tangan, mata dan wajah, niscaya aku

tidak berani mengatakannya, takutlah kepada Allah!"

Khalid bin Abdillah Al-Qisri suatu ketika berkhutbah pada

hari raya I'edul Adha di Basrah, pada akhir khutbahnya ia

berkata:"Pulanglah kalian kerumah masing-masing dan

sembelihlah kurban-kurban kalian-semoga Allah

memberikahi kurban kalian.

Sesungguhnya pada hari ini aku akan meyembelih Ja'ad bin

Dirham, karena ia berkata: Allah tidak pernah mengangkat

Ibrahim 'alaihissalam sebagai kekasih-Nya, dan tidak

pernah mengajak Musa berbicara. Sungguh Maha Suci

Allah dari apa yang dikatakan Ja'ad karena kesombongan,

maka Khalid turun dari mimbar dan menyembelih Ja'ad

dengan tangannya sendiri, kemudian memerintahkan untuk

disalib.

28 HR.Muslim dan lainnya